Sering dikira sakit gigi ternyata trigeminal neuralgia. Dapat diketahui Trigeminal neuralgia adalah nyeri kronis akibat gangguan pada saraf trigeminalaraf kelima dari dua belas pasang saraf yang berasal dari otak (saraf kranial). Rasa nyeri ini biasanya muncul hanya pada salah satu sisi wajah, dan paling sering terjadi di wajah bagian bawah serta rahang.
Saraf trigeminal terletak pada setiap sisi wajah. Saraf ini memungkinkan seseorang untuk merasakan beragam sensasi pada wajah. Namun, pada trigeminal neuralgia, saraf tigeminal mengalami gangguan sehingga penderita bisa merasakan nyeri tanpa ada rangsangan apa pun. Nyeri yang dirasakan menusuk atau seperti sengatan listrik. Bayangkan bagaimana rasanya jika sentuhan, tersenyum bahkan mengaplikasikan riasan di wajah bisa menimbulkan rasa sakit luar biasa. .
Ini bukan mengada-ada, karena itulah kondisi yang dirasakan pasien trigeminal neuralgia, kondisi medis di mana terjadi nyeri bersifat kronik (lebih dari 3 bulan) yang bersumber dari gangguan saraf trigeminal sehingga memunculkan sensasi nyeri yang hebat di wajah.
Menurut para ahli, kondisi ini lama-lama bisa berkembang lebih berat dan intensitas munculnya nyeri makin sering. Bisa puluhan kali dalam sehari yang membuat penderitanya bahkan tidak bisa melakukan aktivitas saking tidak tahan menahan sakit.
Nyeri yang dirasakan pasien trigeminal neuralgia memang termasuk ekstrem. Dari skala 0-10 pasien ada yang menyebut nyeri akibat trigeminal neuralgia mencapai 10. "Lebih nyeri" dari sakit saat melahirkan, jelas para penderitanya dan bahkan karena tidak dapat menahan nyeri yang luar biasa sejumlah pasien bahkan berkeinginan mengakhiri hidup.
Risiko trigeminal neuralgia cenderung meningkat dengan adanya riwayat penyakit hipertensi dan multiple sclerosis. Penyakit ini risikonya naik seiring usia, terutama di atas usia 50 tahun. Meski jumlah penderita trigeminal neuralgia di masyarakat relatif sedikit yaitu sekira 6 per 100.000 orang namun nyeri yang dirasakan pasien sangat menyiksa. Karena penderitanya sedikit itu, tak jarang dokter salah mendiagnosis trigeminal neuralgia dengan penyakit lain, misalnya sakit gigi.
Ada beberapa pilihan pengobatan untuk menangani kondisi trigeminal neuralgia. Untuk tahap awal biasanya pasien akan diberi obat pereda nyeri. Pada kondisi yang tidak bisa diatasi dengan obat-obatan dokter akan menyarankan tindakan pembedahan. Namun tindakan pembedahan, yaitu bedah tengkorak dekompresi mikrovaskular, membuat takut pasien.
Prosedur ini ditujukan untuk memindahkan pembuluh darah yang mengalami kontak dengan saraf trigeminal. Tapi jarang pasien yang mau memilih tindakan ini karena takut tengkoraknya dibuka. Pasien umumnya lebih menyukai terapi tanpa operasi bedah namun hampir seefektif operasi, yaitu penggunaan teknologi radiofrekuensi. Dalam tindakan ini dokter akan mengalirkan gelombang listrik untuk memblok pengantaran nyeri saraf. Untuk satu terapi membutuhkan waktu 2-12 menit. Risiko radiofrekuensi rendah, namun efektivitasnya mendekati teknik bedah. Efektivitas radiofrekuensi mencapai 80 persen, tanpa harus rawat inap. (red)