Kebanyakan ayah merasa bahwa tugas merawat dan mendidik anak adalah sepenuhnya “milik ibu”. Pendapat ini tentunya salah kaprah, karena pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh kerjasama kedua orangtua.
Bagi sebagian pasangan yang baru menikah, tanggung jawab untuk merawat dan mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah. Beberapa hal sepele yang bila tidak dibicarakan, bisa jadi menimbulkan kesalahpahaman dan menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Contohnya saja, bila adik bayi poop atau mengompol, tidak sepenuhnya mengandalkan ibu, karena ayah seharusnya juga bisa menganti popok. Atau hal-hal sepele lainnya, karena kelelahan ibu menjaga adik bayi, sehingga emosi ibu meningkat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan. Kunci sukses mengasuh dan mendidik anak adalah ketika kedua orangtua berbagi peran dan tugas secara tepat dan benar.
Berbagi Tugas
Di masa-masa awal kelahiran, kita sebagai orangtua pastinya akan kerepotan, karena Si Kecil akan rewel dan ibu harus sering terjaga dimalam hari. Biasanya adik bayi kehausan atau popoknya basah. Ini tentu menjadi concern Anda sebagai suami, karena kita tidak mungkin cuek saja melihat hal ini dan hanya mengandalkan istri. Bisa-bisa istri kelelahan dan akhirnya sakit. Solusinya memang kita harus membagi waktu dan pekerjaan. Untuk istri mungkin dia yang mengendong dan memberi ASI, sedangkan ayah bisa membantu menganti popok atau bergantian mengendong. Pembagian waktu dan tugas ini supaya tidak kelelahan dan dapat tetap bekerja di pagi harinya. Di hari libur, ayah bisa mengambil porsi lebih banyak, sekaligus untuk menciptakan bonding dengan sang bayi. Sedangkan ibu bisa mengerjakan tugas rumah tangga lainnya. Semua ini tergantung dari kita bisa mendiskusikan hal ini dan harus ada pengertian antara suami dan istri.
Emosi Anak Lebih Stabil
Hasil penelitian banyak menyebutkan bahwa ternyata peran ayah sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ini karena ikatan emosional ayah dan anak ditentukan dari interaksi mereka. Jika ayah sejak dini mulai memerhatikan anaknya, diyakini dapat bisa mempengaruhi kecerdasan emosional yang dapat membantu anak menjadi pribadi yang dewasa dan berhasil di kemudian hari. Menurut penelitian Father Involvement Research Alliace yang berada dibawah naungan University of Guelph, Kanada, petunjuk bahwa bayi yang dekat dengan ayah adalah, emosinya cenderung stabil. Bahkan anak akan lebih percaya diri saat tumbuh dewasa dibandingkan mereka yang tidak dekat dengan ayahnya. Jadi tidak heran bila anak yang dekat dengan ayah lebih bersemangat dalam mengeksplorasi potensi dirinya dan merealisasikan ide-ide maupun impian mereka.
Sentuhan Sejak Dini
Anak yang menerima sentuhan ayah sejak usia 0-6 bulan terbukti memiliki perkembangan motorik yang baik. Ini karena ayah dapat melakukan stimulasi untuk merangsang kecerdasan bayi dengan melakukan kombinasi tekanan, gerak dan energi saat memandikan si anak atau saat sedang memijitnya. Memandikan bayi tentu bukan hanya tugas ibu, tapi ayah juga harus bisa. Kegiatan ini akan berdampak positif karena bisa menstimulasi sistem keseimbangan yang bermanfaat untuk membantu Si Kecil cepat berjalan dan bersosialisasi. Sedangkan memijat bayi gunanya untuk memberikan sensomotor yang berguna untuk membantu kemajuan proses belajar anak. Hasilnya, bayi yang sering mendapat sentuhan ayah memiliki perkembangan motorik yang cenderung lebih baik, dibanding bayi yang tidak memperoleh sentuhan sama sekali dari ayahnya. Jadi peran ayah dalam merawat Si Kecil sangat diperlukan guna memaksimalkan pertumbuhan anak.
Tugas Mulia
Bisa jadi ayah mengeluh, karena sudah lelah bekerja dan enggan dipusingkan dengan hal sepele seperti mengurus bayi. Ingat, peran ayah sebagai kepala keluarga bukan hanya mencari nafkah, namun juga sebagai panutan dalam keluarga dan siap membantu saat dibutuhkan. Bila ayah mengingkarinya, mungkin ayah harus melihat ke belakang saat pertama kali mengucap janji nikah, akan selalu setia dalam keadaan apa pun. Setia di sini bukan berarti secara harafiah, tidak berselingkuh. Setia juga berarti ayah bisa mendapingi saat masa kehamilan, persalinan, bahkan saat anak tumbuh dewasa. Hal penting seperti ini menuntut kerjasama yang baik antara ayah dan ibu, serta menuntut komitmen bersama untuk menjalankan tugas mulia sebagai orangtua. Karena ayah yang baik bukan hanya bisa berbuat baik, bertindak sebagai guru, membimbing moral, memiliki kesabaran, pendengar yang baik, pemberi nafkah dan bersikap tegas. Namun lebih dari semuanya, yaitu bisa mencintai dan memperjuangkan keluarganya dengan apa yang dimiliki dan bisa dilakukannya.
Ayah Bisa Melakukan Ini :
1. Memakaikan dan Menganti baju. Tugas ini tergolong simpel dan sederhana. Ayah pasti bisa melakukannya.
2. Menganti Popok. Caranya mudah. Pertama-tama, lihat cara istri Anda saat mengganti popok bayi. Bila sudah paham, Anda bisa mencoba menggantikan popok dan membersihkan tubuh Si Kecil.
3. Memandikan Bayi. Bila tidak sempat memandikan bayi di hari biasa, ayah dapat melakukannya saat libur tiba. Boleh melihat cara istri saat memandikan bayi dulu, kalau sudah mahir, boleh deh dicoba sendiri.
4. Bermain. Ini adalah tugas favorit para ayah! Bermain bisa merangsang kecerdasan anak. Bila ada waktu luang, usahakan menyempatkan diri untuk bermain bersama anak.
5. Memberi Susu. Tugas memberi susu atau ASI bukan hanya tugas ibu, namun bila Si Bayi meminum susu formula, ayah juga bisa membuatkannya. Atau bila ibu agak sibuk, ASI dapat diperas, dimasukan ke botol, dan ayah bisa memberikannya kepada Si Kecil. (DL)