Diare memang bukan penyakit berbahaya, namun bila terlambat menanganinya bisa berakibat fatal, bahkan mematikan. Diare bisa dialami siapa saja, khususnya balita yang sistem kekebalan tubuhnya lebih lemah dibanding orang dewasa.
Diare adalah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan untuk buang air besar secara terus menerus dan feses atau tinjanya terdapat kandungan air berlebih. Diare yang ditandai dengan gangguan sakit perut ini memang masih menjadi masalah serius khususnya di Indonesia yang masyarakatnya kurang menyadari pentingnya arti kesehatan dan kebersihan. Padahal diare tak boleh dianggap main-main, karena penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar nomor 2 pada anak-anak di Indonesia, setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Sementara itu UNICEF memperkirakan sekitar 1 anak meninggal setiap 30 detik akibat diare, dan setiap tahun ada 100 ribu balita yang meninggal karena penyakit ini.
Pada kasus diare, sebenarnya bukan penyakitnya, namun penanganan yang lambat dan keluar cairan terus-menerus yang bisa menyebabkan dehidrasi dan ini bisa berbahaya. Selain itu kekurangan cairan dan elekrolit, diare juga bisa menimbulkan gangguan detak jantung, serta menurunkan kesadaran si penderita.
Pertolongan Pertama
Bila anak Anda terkena diare, bersikaplah tenang dan segera ambil tindakan. Pada dasarnya diare merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya, tapi Anda harus tetap waspada, apalagi bila terjadi dehidrasi berlebihan. Tanda-tanda terkena dehidrasi antara lain: anak akan menangis tanpa air mata, mulut dan bibir kering serta selalu merasa haus. Air seni keluar sedikit, berwarna gelap, bahkan kadang tak keluar sama sekali. Mata terlihat cekung dan pucat. Anak akan sering mengantuk, kulit terlihat pucat dan bila dicubit, kulitnya tidak cepat kembali normal. Sedangkan pada bayi, tanda-tanda dehidrasi bisa dilihat lewat ubun-ubunnya yang menjadi cekung. Dalam kondisi ini anak akan menjadi sangat rewel atau diam dan lesu bila tingkat dehidrasinya bertambah.
Bayi dan balita yang mengalami diare memerlukan banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai harus diberikan sesering mungkin. Untuk pertolongan pertama, cairan oralit bisa menjadi pilihan untuk mengatasi dehidrasi. Pada tahun 70 dan 80-an, banyak anak-anak yang tak menyukai oralit, karena rasanya hanya perpaduan dari gula dan garam saja. Namun seiring perkembangan zaman, kini oralit sudah tersedia dalam aroma buah-buahan dan digemari anak-anak.
Cara membuatnya cukup mudah, Anda bisa membacanya di aturan pakai. Berikan cairan oralit dengan menggunakan sendok setiap 1 sampai 2 menit. Untuk anak-anak yang lebih besar bisa meminumnya langsung dari gelas. Jika anak muntah jangan panik, hentikan dulu pemberian oralit dan lanjutkan lagi10 menit kemudian. Selain pemberian cairan tadi, pemberian ASI maupun makanan padat harus tetap dilanjutkan agar anak tidak lemas dan tetap mendapat energi. Yang harus dihindari adalah minuman yang mengandung kadar gula tinggi. Contohnya teh yang sangat manis, soft drink, sirup dan minuman beraroma buah yang sangat manis lainnya. Bila penyakit berlanjut atau tak segera membaik dalam waktu 3 hari, segeralah membawanya ke dokter.
Penyebab & Pencegahan
Sebagian besar penyakit ini disebabkan infeksi virus dan sebagian kecil karena infeksi bakteri, parasit dan jamur. Diare juga bisa dipicu dari pemakaian antibiotik, keracunan makanan, alergi atau faktor psikologis seperti stres misalnya. Penularannya biasanya melalui jari kotor, makanan dan lalat. Apalagi anak-anak yang sering memasukkan tangannya ke dalam mulut sehingga mudah terkontaminasi virus. Biasanya anak-anak suka mengemut makanan, sehingga makanan jadi lama habisnya. Makanan yang tak habis dalam waktu 2 jam juga bisa membuat virus berkembang dengan pesat.
Musim kemarau adalah musim menjamurnya diare. Saat itu debu-debu berterbangan dan lalat pembawa kuman merajalela. Jadi selektiflah dalam memilih dan menyimpan makanan. Jagalah makanan agar selalu dalam keadaan baik, misalnya dengan memasukannya ke lemari es. Karena selain mudah busuk, makanan yang berada di luar akan lebih cepat terkontaminasi virus dan bakteri. Jangan lupa ajarkan kebersihan pada anak. Sementara itu untuk bayi, perhatikan jika ia memasukkan tangan atau benda apa pun ke dalam mulutnya.
Intinya, faktor kebersihan adalah hal utama terjadinya penyakit ini. Kita juga harus memeriksa kebersihan alat masak, tempat makan anak, hingga kebersihan mereka setelah buang air kecil atau pun besar. Cara termudah mencegah penyakit ini adalah dengan rajin mencuci tangan dengan sabun. Bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati? Semoga bermanfaat! (DL)