Penyakit Moluskum Kontagiosum (MK) yang merupakan salah satu
jenis penyakit kulit, sampai saat ini belum banyak diketahui masyarakat. Mengenali gejala
penyakit ini juga tidak mudah, sehingga deteksi dini sulit dilakukan. Namun demikian, penyakit
yang sering dikenal dengan istilah ‘jerawat genital’ ini akan mengganggu kenyamanan pasiennya
dan dalam jangka panjang dan bahkan menurunkan kualitas hidup mereka.
Untuk diketahui Moluskum Kontagiosum merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh poxvirus. MK menimbulkan benjolan dengan ukuran diameter biasanya kurang dari 0,25 inci dan memiliki titik kecil ditengah benjolannya. Penyakit ini merupakan infeksi virus yang sangat menular dan dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak kulit ke kulit, berbagi pakaian, atau hanya dengan menyentuh benda yang disentuh penderita yang terinfeksi.
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia mengatakan, ”Hingga saat ini belum terdapat data epidemiologi yang akurat untuk penyakit
Moluskum Kontagiosum. Ada penelitian yang menyatakan insiden MK sebesar 1200-1400 kasus
per 100,000 penduduk per tahun di seluruh dunia. Berdasarkan kasus MK yang ditemukan di
Klinik Pramudia selama 2019 -2020, ditemukan rata-rata sebanyak 2-4 kasus per bulan, baik pada
anak maupun dewasa. Ditemukan juga beberapa kasus MK pada penderita HIV selama kurun
waktu tersebut. Tidak ditemukan jumlah perbedaan kasus MK pada ras dan jenis kelamin yang
berbeda. Penderita MK anak di Klinik Pramudia berusia 2-10 tahun dan usia 20-60 tahun pada
kasus dewasa.”
Dalam presentasinya, ia menuturkan, “Penularan MK terjadi karena kontak langsung pada kulit yang erat dan berulang (seksual maupun non-seksual) serta autoinokulasi pada garukan. Pencegahan terbaik adalah menghindari sumber penularan melalui deteksi dini penderita MK, baik pada anak maupun dewasa."
Ia melanjutkan, “Masa inkubasi MK antara 2- 6 bulan. Namun, deteksi dini MK tidaklah mudah.
Selain jarang terasa gatal atau hanya gatal ringan, pada umumnya MK tidak memiliki rasa gatal
ataupun nyeri. Bentuk klinis dari gejala MK di kulit hampir menyerupai jerawat dan cepat menjadi
banyak. Pada anak, MK sering ditemukan di dada, punggung, kaki, tangan, daerah lipatan dan
wajah. Sedangkan pada dewasa ditemukan pada genital dan area sekitarnya.”
MK pada anak merupakan infeksi virus yang menyerang kulit, sedangkan MK pada dewasa
dianggap sebagai penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). MK sering ditemukan pada
pasien immunocompromise (gangguan sistem imun yang menurun), seperti pada penderita
HIV. Untuk mencegah tertularnya dari virus MK, selain menghindari kontak fisik dengan
penderita, masyarakat perlu untuk selalu menjaga kesehatan dan imunitas tubuh, serta selalu
menjaga kebersihan.
Ia juga menjelaskan bahwa MK dapat diobati, sehingga butuh kesadaran masyarakat untuk mau
memperhatikan dan memeriksakan penyakit ini sedini mungkin sebelum menyebar. Bila diobati
dengan benar dan tidak terjadi kontak ulang terhadap sumber penularan, jarang terjadi
kekambuhan pada MK. Terdapat beberapa modalitas pengobatan untuk MK. Namun pada
dasarnya, cara pengobatan MK pada anak hampir sama dengan dewasa. Hanya saja pada
pelaksanaannya, pengobatan pada anak jauh lebih sulit daripada orang dewasa.
“Berdasarkan pengalaman praktek di Klinik Pramudia, tingkat kesadaran masyarakat terdapat
MK sangatlah rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengenalan penyakit MK di kulit
serta kurangnya informasi dan edukasi tentang penyakit ini di masyarakat. Sehingga deteksi dini
sulit terjadi,” tutupnya.
Lembar Fakta :
Moluskum Kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus pox. Penyakit ini
menyebabkan benjolan kecil pada kulit yang biasanya tidak terasa nyeri tetapi dapat menimbulkan rasa
gatal. Penyakit ini dapat menghilang dengan sendirinya serta tidak meninggalkan bekas luka, walaupun
tidak diterapi. Moluskum Kontagiosum cukup umum diderita anak-anak (lebih sering anak laki-laki) dan
orang dewasa muda. Orang dewasa muda yang menderita moluskum kontagiosum sebagian besar melalui
hubungan seks. Kasus lainnya adalah orang dengan sistem imun yang lemah atau penyakit menular
lainnya. Sementara pada orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, bintil-bintil infeksi
kulit ini dapat menjadi tanda penyakit menular seksual jika muncul di daerah kelamin (sexually
transmitted disease/STD).
Gejala
Ketika terinfeksi Moluskum Kontagiosum, bintik-bintik kecil muncul pada kulit di bagian tubuh yang
terinfeksi, sering kali muncul pada wajah, kelopak mata, ketiak, dan paha (selangkangan). Biasanya, bintik
tidak muncul pada tangan, telapak kaki, atau mulut. Bintik-bintik ini memiliki lebar sekitar 2-5 milimeter
dan lesung di bagian tengah. Biasanya tidak terjadi peradangan (pembengkakan dan merah) dan jika
menggaruk luka dapat menyebabkan virus menyebar dalam barisan atau kelompok, yang disebut crop.
Moluskum Kontagiosum akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu, tapi sebagian mungkin
berlangsung selama berbulan-bulan. Penyakit ini biasanya tidak meninggalkan bekas luka. Pada
kebanyakan kasus, Moluskum Kontagiosum menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti
pengidap HIV/AIDS, orang yang menjalani transplantasi organ tubuh atau pasien pengobatan kanker.
Gejala
Ketika terinfeksi Moluskum Kontagiosum, bintik-bintik kecil muncul pada kulit di bagian tubuh yang
terinfeksi, sering kali muncul pada wajah, kelopak mata, ketiak, dan paha (selangkangan). Biasanya, bintik
tidak muncul pada tangan, telapak kaki, atau mulut. Bintik-bintik ini memiliki lebar sekitar 2-5 milimeter
dan lesung di bagian tengah. Biasanya tidak terjadi peradangan (pembengkakan dan merah) dan jika
menggaruk luka dapat menyebabkan virus menyebar dalam barisan atau kelompok, yang disebut crop.
Moluskum Kontagiosum akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu, tapi sebagian mungkin
berlangsung selama berbulan-bulan. Penyakit ini biasanya tidak meninggalkan bekas luka. Pada
kebanyakan kasus, Moluskum Kontagiosum menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti
pengidap HIV/AIDS, orang yang menjalani transplantasi organ tubuh atau pasien pengobatan kanker. (red)
foto: dermatologyillinois.com