Kesehatan anak adalah prioritas bagi
orangtua. Senantiasa menjaga kesehatan dan mendorong gaya hidup sehat anak
wajib dilakukan orangtua. Salah satunya tidak membiarkan anak jajan sembarangan
dan mencermati kandungan yang ada dalam jajanan. Survey menyebutkan bahwa
perilaku jajan tidak bisa dipisahkan dari anak usia sekolah (terutama anak usia
sekolah dasar). Jajanan bisa berbentuk makanan ataupun minuman yang dijual di
kantin sekolah, warung makanan, kaki lima dan sebagainya.
Kebiasaan
anak-anak cenderung memilih makanan yang terlihat sangat menarik, baik dari
bentuk, rasa, aroma serta warna yang menyolok. Namun sayang, jajanan yang
menarik itu tidak diiringi dengan kualitas sesuai standar kesehatan. Ada bahaya
yang mengintai anak-anak di balik jajanan yang menarik dan mengundang selera
tersebut! Ya, jajanan anak sangat rentan terhadap kandungan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) atau food additive berlebih pada makanan, serta kandungan
berbahaya lainnya seperti boraks, formalin, rhodamin dan methanol yellow
(pewarna tekstil).
Dampak Penggunaan BTP
Menurut Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K),
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Jaya), proses tumbuh kembang anak
dipengaruhi oleh nutrisi dan stimulasi sehingga anak-anak harus mengonsumsi
makanan berkualitas dengan kaidah gizi seimbang, baik karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan juga air. Karena itulah pemilihan jajanan anak
harus memiliki kandungan nutrisi, jumlah kalori, higienitas serta tidak
memiliki kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pewarna sintetis,
pengawet berlebih yang melewati batas yang diperbolehkan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
Perilaku jajan sembarangan, tentunya
dapat mempengaruhi kesehatan anak. Mengonsumsi jajanan yang tidak sehat memicu
berbagai macam penyakit, salah satunya tifus. "Penyakit tifus menular
lewat makanan. Kalau anak sekolah SD, SMP, SMA biasanya rentan terkena tifus
karena mengonsumsi jajanan tercemar yang mengandung bakteri Salmonella
Typhi," jelas dokter yang merupakan staf divisi Tumbuh Kembang – Pediatri
Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Selain itu, menurut Rini
penggunaan BTP seperti pewarna sintetis, pengawet berlebih dan bahan tambahan
bukan untuk pangan seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil bila dikonsumsi
akan memiliki efek samping yang bersifat individual atau berbeda-beda pada
setiap orang. BTP yang melewati batas uji memungkinkan timbulnya masalah
kesehatan, seperti reaksi alergi pada kulit maupun saluran nafas sehingga
berbahaya bagi penderita asma. Selain itu dapat menyebabkan perlukaan pada
lambung ataupun gejala lain seperti migrain, kelelahan, kesulitan tidur, mual
dan muntah, tidak nafsu makan, diare serta dampak jangka panjang yang dapat
merusak fungsi hati.
Apa
yang Sebaiknya Dilakukan?
Mengingat betapa bahayanya jajanan anak
yang beredar saat ini, penting bagi orangtua untuk memperhatikan jajajan yang
dikonsumsi anak agar kesehatan Si Kecil bisa terpantau.Tentu yang paling aman
adalah membawakan anak bekal. Tapi, tak semua orangtua memiliki waktu
menyiapkan bekal untuk anak. Karena itulah, anak juga perlu dididik sejak dini
tentang makanan yang sehat sehingga mereka mampu memilih makanan yang tepat dan
sehat untuknya. Berikut tips agar anak-anak bisa menyantap jajanan sehat dengan
aman:
•Mengajarkan anak untuk bisa memilih
tempat jualan makanan yang bersih, terhindar dari matahari, debu, hujan, dan
asap kendaraan bermotor. Hindari pula jajanan yang dijual di tempat terbuka,
tanpa penutup atau tidak dilindungi kemasan.
•Mengajarkan anak untuk tidak terbiasa
membeli makanan atau jajanan yang dibungkus memakai kertas seadanya, apalagi
koran bekas. Tinta koran dapat mengontaminasi makanan dan menyebabkan
keracunan.
•Orangtua harus mengedukasi anak agar
selalu memilih jajanan yang aman. Salah satunya dengan membawa bekal yang
disiapkan sendiri.
•Mengingatkan anak untuk tidak membeli
makanan yang berwarna cerah menyolok, karena kemungkinan besar mengandung
pewarna tekstil.
•Menunjukkan pada anak tempat-tempat
yang higienis dan sehat untuk membeli makanan, misalnya di kantin sekolah yang
memenuhi syarat kebersihan.
•Ingatkan anak untuk tidak memilih
makanan yang gosong karena bisa menjadi pemicu kanker dan kerusakan ginjal.
•Nasehati anak untuk memilih jajanan
yang bergizi dan beragam agar kandungan nutrisinya tidak satu jenis saja.
•Ajari anak untuk selalu mencuci tangan
dengan baik dan benar sebelum dan setelah makan.
Selain
memberi pengertian bahwa tidak semua jajanan di luar tak sehat, orang tua juga
harus memberi contoh dengan tidak suka membeli jajanan di luar rumah.
4
Jajanan Anak Paling Berbahaya Versi BPOM
Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian terhadap jajanan anak
yang dijual oleh pedagang kaki lima. Hasil cukup memprihatinkan, sebab hampir
setengahnya atau 44 persen jajanan anak mengandung zat yang menimbulkan
ketergantungan atau adiktif.
Direktur
Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM RI, Drs. Mustofa Apt. M.Kes
mengungkapkan ada empat urutan jajanan anak yang paling berbahaya.
1.Es. Bahan baku es balok yang sering
digunakan pedagang kaki lima berasal dari air mentah dan tidak tidak tahu pasti
asal sumber air.
2.Sirup. Sirup yang dijual pedagang kaki
lima biasanya mengandung zat pewarna dan pemanis. Tujuan pencampuran zat
pewarna tekstil untuk menarik perhatian anak-anak.
3.Jeli atau agar-agar. Sama seperti
sirup, jeli dan agar-agar memiliki kandungan zat pewarna dan pemanis
berlebihan.
4.Bakso. Biasanya ditambahkan zat
pengenyal atau boraks atau formalin. (YU)
foto: hookedonrunning.com