Health

Survey menyebutkan bahwa perilaku jajan tidak bisa dipisahkan dari anak usia sekolah
Posted on Oct 03, 2017   |   Branding
Pilih Pilih Jajanan Anak

Kesehatan anak adalah prioritas bagi orangtua. Senantiasa menjaga kesehatan dan mendorong gaya hidup sehat anak wajib dilakukan orangtua. Salah satunya tidak membiarkan anak jajan sembarangan dan mencermati kandungan yang ada dalam jajanan. Survey menyebutkan bahwa perilaku jajan tidak bisa dipisahkan dari anak usia sekolah (terutama anak usia sekolah dasar). Jajanan bisa berbentuk makanan ataupun minuman yang dijual di kantin sekolah, warung makanan, kaki lima dan sebagainya. 

Kebiasaan anak-anak cenderung memilih makanan yang terlihat sangat menarik, baik dari bentuk, rasa, aroma serta warna yang menyolok. Namun sayang, jajanan yang menarik itu tidak diiringi dengan kualitas sesuai standar kesehatan. Ada bahaya yang mengintai anak-anak di balik jajanan yang menarik dan mengundang selera tersebut! Ya, jajanan anak sangat rentan terhadap kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau food additive berlebih pada makanan, serta kandungan berbahaya lainnya seperti boraks, formalin,  rhodamin dan methanol yellow (pewarna tekstil). 

Dampak Penggunaan BTP 

Menurut Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Jaya), proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh nutrisi dan stimulasi sehingga anak-anak harus mengonsumsi makanan berkualitas dengan kaidah gizi seimbang, baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan juga air. Karena itulah pemilihan jajanan anak harus memiliki kandungan nutrisi, jumlah kalori, higienitas serta tidak memiliki kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pewarna sintetis, pengawet berlebih yang melewati batas yang diperbolehkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Perilaku jajan sembarangan, tentunya dapat mempengaruhi kesehatan anak. Mengonsumsi jajanan yang tidak sehat memicu berbagai macam penyakit, salah satunya tifus. "Penyakit tifus menular lewat makanan. Kalau anak sekolah SD, SMP, SMA biasanya rentan terkena tifus karena mengonsumsi jajanan tercemar yang mengandung bakteri Salmonella Typhi," jelas dokter yang merupakan staf divisi Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Selain itu, menurut  Rini penggunaan BTP seperti pewarna sintetis, pengawet berlebih dan bahan tambahan bukan untuk pangan seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil bila dikonsumsi akan memiliki efek samping yang bersifat individual atau berbeda-beda pada setiap orang. BTP yang melewati batas uji memungkinkan timbulnya masalah kesehatan, seperti reaksi alergi pada kulit maupun saluran nafas sehingga berbahaya bagi penderita asma. Selain itu dapat menyebabkan perlukaan pada lambung ataupun gejala lain seperti migrain, kelelahan, kesulitan tidur, mual dan muntah, tidak nafsu makan, diare serta dampak jangka panjang yang dapat merusak fungsi hati.

Apa yang Sebaiknya Dilakukan?

Mengingat betapa bahayanya jajanan anak yang beredar saat ini, penting bagi orangtua untuk memperhatikan jajajan yang dikonsumsi anak agar kesehatan Si Kecil bisa terpantau.Tentu yang paling aman adalah membawakan anak bekal. Tapi, tak semua orangtua memiliki waktu menyiapkan bekal untuk anak. Karena itulah, anak juga perlu dididik sejak dini tentang makanan yang sehat sehingga mereka mampu memilih makanan yang tepat dan sehat untuknya. Berikut tips agar anak-anak bisa menyantap jajanan sehat dengan aman:

•Mengajarkan anak untuk bisa memilih tempat jualan makanan yang bersih, terhindar dari matahari, debu, hujan, dan asap kendaraan bermotor. Hindari pula jajanan yang dijual di tempat terbuka, tanpa penutup atau tidak dilindungi kemasan.

•Mengajarkan anak untuk tidak terbiasa membeli makanan atau jajanan yang dibungkus memakai kertas seadanya, apalagi koran bekas. Tinta koran dapat mengontaminasi makanan dan menyebabkan keracunan.

•Orangtua harus mengedukasi anak agar selalu memilih jajanan yang aman. Salah satunya dengan membawa bekal yang disiapkan sendiri.

•Mengingatkan anak untuk tidak membeli makanan yang berwarna cerah menyolok, karena kemungkinan besar mengandung pewarna tekstil.

•Menunjukkan pada anak tempat-tempat yang higienis dan sehat untuk membeli makanan, misalnya di kantin sekolah yang memenuhi syarat kebersihan.

•Ingatkan anak untuk tidak memilih makanan yang gosong karena bisa menjadi pemicu kanker dan kerusakan ginjal.

•Nasehati anak untuk memilih jajanan yang bergizi dan beragam agar kandungan nutrisinya tidak satu jenis saja. 

•Ajari anak untuk selalu mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan setelah makan.

Selain memberi pengertian bahwa tidak semua jajanan di luar tak sehat, orang tua juga harus memberi contoh dengan tidak suka membeli jajanan di luar rumah.

 

4 Jajanan Anak Paling Berbahaya Versi BPOM

 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian terhadap jajanan anak yang dijual oleh pedagang kaki lima. Hasil cukup memprihatinkan, sebab hampir setengahnya atau 44 persen jajanan anak mengandung zat yang menimbulkan ketergantungan atau adiktif.

Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM RI, Drs. Mustofa Apt. M.Kes mengungkapkan ada empat urutan jajanan anak yang paling berbahaya.

1.Es. Bahan baku es balok yang sering digunakan pedagang kaki lima berasal dari air mentah dan tidak tidak tahu pasti asal sumber air.

2.Sirup. Sirup yang dijual pedagang kaki lima biasanya mengandung zat pewarna dan pemanis. Tujuan pencampuran zat pewarna tekstil untuk menarik perhatian anak-anak.

3.Jeli atau agar-agar. Sama seperti sirup, jeli dan agar-agar memiliki kandungan zat pewarna dan pemanis berlebihan. 

4.Bakso. Biasanya ditambahkan zat pengenyal atau boraks atau formalin. (YU)

foto: hookedonrunning.com